An utterly ravishing evening of Banda Aceh: jadi foto model

Berhubung keka membeli sebuah kamera Canon terbaru – kamera yang sudah lama jadi impiannya – mau tidak mau aku menjadi model dari acara jeprat-jepretnya. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik untuk difoto meskipun tidak pernah menolak untuk berfoto. Tapi demi sayangku padanya, aku penuhi permintaannya meskipun malam itu aku belum mandi. Lumayan, sekalian latihan modelling pikirku. Maka jadilah aku seorang foto model di malam purnama itu.

Sebelumnya keka dan aku menikmati kopi dulu di warung kopi chek yuke. Warkop yang terkenal di seantero Aceh. Selain karena rasa kopinya, warung ini terletak di pinggir sungai Aceh atau krueng Aceh. Jadi, ada kombinasi antara kopi enak dengan keindahan. Setelah selesai ngopi, kami berjalan kaki sekitar 50 m menuju taman pembibitan di depan kantor kejaksaan tinggi. Taman ini asri dan rindang meski luasnya tidak seberapa – hanya memanfaatkan sedikit lahan bantaran sungai. Meskipun begitu, dinas kebersihan dan keindahan kota memanfaatkan lahan sempit ini untuk taman pembibitan. Hitung-hitung menambah area hijau yang sudah semakin berkurang – kalah bersaing dengan keangkuhan manusia. Di taman ini terdapat beberapa anjungan di tepi sungai dengan masing-masing sebuah kursi kayu panjang – cukup untuk tiga atau empat orang ukuran sedang – menghadap sungai. Berlantai kayu dan berpagar kayu menunjukan desain alami yang menonjolkan kedekatan dengan alam. Indah.

Dan malam itu, baru saja selesai hujan. Air membasahi dedaunan dan harum tanah basah semerbak disana. Kamboja menebarkan harum bunganya memberikan kesegaran khas. Malam itu juga tak terlalu ramai, hening dan damai. Dan malam adalah malam purnama. Berdiri di tepi anjungan, kami memandang ke arah jembatan pante pirak yang baru selesai dibangun beberapa waktu lalu. Terus terang, ide lampu hias di bawah jembatan itu adalah ide yang menurutku patut diacungi jempol. Malam hari, jembatan ini tidak terlihat seperti struktur masif yang membosankan. Tetapi juga adalah struktur yang memberi keindahan dengan kelip lampu hias yang selalu berganti warna dan berpendar di alur sungai. Struktur yang memberi kesempatan bagi siapapun yang melihat untuk berdecak kagum. Memang tak sebanding dengan Suramadu atau jembatan megah lainnya di Indonesia, tapi jembatan ini adalah sebuah tontonan.

Kilat lampu blitz menyadarkanku dari kekaguman, dan malam itu aku menjadi model jepretan keka…

permainan cahaya

permainan cahaya

gaya 1

gaya 1

hhhhh...

hhhhh...

One Response to “An utterly ravishing evening of Banda Aceh: jadi foto model”

  1. gendutbawel Says:

    jangan bosen-bosen jadi fotomodelnya keka yaa…keka loves you! 🙂

Leave a comment