110809

Pagi ini aku bangun lebih awal. Entah mengapa, meskipun tidur kurang dari lima jam, aku merasa harus segera beranjak dari tempat tidurku tanpa menghiraukan rasa kantuk. Memang, kedua mata ini rasanya sudah tak bisa terpejam lagi. Sepertinya udara pagi hanya menyisakan kegerahan. Dan seperti biasa, telepon genggam adalah hal pertama yang aku jamah untuk diaktifkan. Bukan apa-apa, aku perlu tahu jam berapa sebenarnya saat itu. Di kamarku memang tidak tersedia jam dinding, sementara jam tanganku akan berhenti beroperasi bila tidak digunakan dalam waktu lebih dari 48 jam – hingga tulisan ini dibuat jam itu sudah beristirahat selama seminggu. Jadi, mau tak mau harus bergantung kepada waktu yang tertera di layar telepon pemberian Keka.

Belum aku beranjak dari tempat tidur, telpon berdering. Kulihat nama Keka tertera di layar. Tak biasanya ia menelpon di pagi hari, biasanya ia mendahului dengan sms berisi ucapan ‘selamat pagi’ dan bertanya bagaimana tidurku, atau memberitakan lokasi keberadaannya seperti ‘Keka udah di kantor nih’. Dan pagi itu, jam 8:30, ia masih dirumah kosnya.

“Halo sayang…, udah bangun?” sapanya.

“Halo Keka…baru aja bangun. Gimana boknya sayang? Keka udah di kantor?” kataku.

“Belum, mobil Keka nabrak. Ni masih dirumah” sahutnya lagi. Begitulah, langsung menyampaikan apa yang terjadi.

“Nabrak apa? Gimana kejadiannya?”, tanyaku sedikit menuntut penjelasan mengobati kekagetanku.

Akhirnya keka memutuskan untuk datang ke pondokanku untuk bercerita lebih banyak dan aku berasumsi bahwa tidak ada korban dalam kecelakaan itu. Sekitar 15 menit kemudian, ia sudah berdiri memanggil-manggil di depan kamar pondokanku sementara aku masih asyik dengan kewajiban pagi hariku. Kurang afdol rasanya kalo di pagi hari aku tidak merasa mulas.

“Sayang…” panggilnya.

“Iya.., ni lagi di kamar mandi, tunggu bentar. Masuk aja!” teriakku mempersilahkannya masuk.

Setelah selesai dengan urusanku, ia pun bercerita mengenai apa yang terjadi. Dimulai dengan situasi saat ia memanaskan mesin mobil dan kemudian teringat bahwa ada dokumen kantor yang tertinggal di kamarnya. Dilanjutkan dengan bagaimana ia tergesa-gesa keluar dari mobil menuju kamarnya untuk mengambil dokumen. Ah Keka…kenapa selalu tergesa-gesa? Kemudian bercerita tentang mobilnya yang berjalan mundur karena Keka lupa menarik rem tangan hingga menabrak tembok rumah tetangga kos. Saat itu juga kami putuskan untuk segera pergi ke bengkel untuk memperbaiki bumper yang tidak presisi dan melakukan sedikit pengecatan.

Hari ini bukan hari yang indah, karena seharian itu ia tidak menunjukkan keceriaan seperti biasanya, tidak ada tawa, canda dan manja a la Keka. Bukan hari yang indah karena ketika makan ia sibuk berinteraksi dengan laptopnya untuk mengirimkan dokumen yang ia janjikan kepada seorgan koleganya. Terus terang, percakapan kami waktu itu pun terasa garing. Bukan hari yang indah karena ketika kembali ke pondokanku setelah makan siang, kami pun tidak bersemangat untuk bercengkrama. Ia meneruskan pekerjaannya, sementara aku tidur siang karena tidak tahu apa yang harus dilakukan – belakangan ini aku memang selalu tidur siang teratur. Bukan hari yang indah, karena bapak kos berjalan pura-pura lewat sambil mengintip kamarku…

Akhirnya kami bisa menyelesaikan hari meski dengan perasaan aneh. Di sore hari kami sempat menikmati mie ayam langganan mbak U’uk yang juga menhidangkan telor rebus dan perkedel sebagai makanan sampingan. Kami juga masih menyempatkan diri untuk on-line di kantor Keka. Dan saat berinternet, kami sempat berkomentar mengenai anehnya hari yang kami lalui bersama. Tentan kejadian yang dialami Keka di pagi hari. Tentang bagaimana aku tidak bisa menjaga moodku sehingga tidak bersemangat. Tentang bagaimana Keka selalu teringat mengenai kejadian di pagi hari. Tentang kelakuan bapak kos. Tentang panasnya siang. Hingga aku pun mengantarnya pulang.

Ketika aku tiba di rumah kos, sebuah sms dari keka menyapa:

Sayang, makasih ya untuk kebersamaan di hari ini.

Untuk selalu ada di saat susah dan senang.

Met istirahat.

I love you so much! Mwuah…

dan pesanku untuknya:

Keka juga met istirahat.

Belajar dari apa yang terjadi hari ini.

Tidur nyenyak.

Besok bangun pagi dan semangat lagi.

I love you.

Mas Arswendo – yang penulis kondang itu pernah menulis: “Pagi yang indah ialah ketika kamu bangun untuk meneruskan mimpi semalam”. Keka, mudah-mudahan malam ini mimpimu indah…good nite.

Leave a comment